Selasa, 13 Januari 2015

Makalah Teori Bruner



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan dan nilai sikap yang bersifat relative dan berkas. Dalam belajar, kognitif mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitif, belajar merupakan interaksi antara individu  dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang hayatnya.
Disamping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah interaksi yang terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi. Teori kognitif mengungkapkan bahwa belajar yang di lakukan individu adalah hasil interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan pengetahuan atau tingkah laku.     
B.    Rumusan Masalah
1.     Teori bruner
2.     Tahap-tahap belajar menurut bruner
3.     Kelebihan dan kelemahan toeri bruner
C.    Tujuan
1.     Mengetahui teori bruner
2.     Mengetahui tahap-tahaap belajar menurut bruner
3.     Mengetahui kelebihan dan kelemahan teori bruner




















 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Biografi Bruner
Jerome S. Bruner lahir di New York tahun l915. Pada usia dua tahun ia menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah keluarganya dan kerap kali putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh Ph.D dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New School For Social Research di New York City. Lebih 45 tahun Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad 20. Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan Penasehat Presiden bidang sains pada masa Pesiden Jhon F. Kennedy dan Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi Psikologi Amerika. Bruner juga seorang penulis produktif. Beberapa karya tulisnya antara lain:
  1. Acts of Meaning (Harvard University Press, l99l)
  2. The Culture of Education (Harvard University press, 1996)
  3. The Process of Education (Harvard University press. 1960)
  4. Toward a Theory of Instruction (Harvard Univenity press, 1966)
  5. Beyond the Information Given; Studies in the Psychology of Knowing (Norton, 1973)
  6. Child’s Talk: Learning to Use Language (Norton, 1983)
  7. Actual Minds, Possible Worlds (Harvard, University press, 1986)

Beliau bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard University di Amerika Serikat dan dilantik sebagi pengarah di Pusat Pengajaran Kognitif dari tahun 1961 sehingga 1972, dan memainkan peranan penting dalam Struktur Projek Madison di Amerika Serikat. Setelah itu, beliau menjadi seorang profesor Psikologi di Oxford University di Inggris.
B.    Teori Bruner
Salah satu teori kognitif yang terkemuka adalah teori yang di kembangkan oleh Jerome bruner. Menurut bruner proses perkembangan kognitif berlansung sejalan dengan perkembangan anak, dalam masa ini terjadi beberapa transisi perkembangan kognitif. Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap yang antara satu dan yang lainnya berkaitan secara berurutan. Denga teorinya yang di sebut free discovery learning. Ia mengetakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman melalui contoh-contoh konkrtit.
Dalam proses belajar, bruner menyarankan pengembangan kemampuan dalam berfikir intuitif. Dalam hal ini, guru menyajikan bukti-bukti yang kurang lengkap kemudian siswa diminta memprediksi kemungkinan adanya bukti-bukti yang dpat melengkapai bukti tersebut dengan menggunakan berfikir intuitif secara sistematis. Penerapan teori bruner yang terkenala dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat di berikan mulai dari SD, sampai perguruan tingg, tetapi sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif mereka.
Bruner mengemukakan perlunya ada teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran efektif di kelas. Menurut pandangan Brunner (1964) bahwa teori belajar itu bersifat deskriftif dimaksudnya untuk memberikan hasil, karena tujuan utama teori belajar adalah menjelaskan proses belajar. Sedangkan teori pembelajaran itu bersifat prespektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tujuan utama teori pembelajaran itu sendiri adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal, misalnya, teori belajar memprediksikan berapa usia maksimum seorang anak untuk belajar penjumlahan, sedangkan teori pembelajaran menguraikan bagaimana cara-cara mengajarkan penjumlahan.
Dalam mengajar guru tidak menyajikan bahan pembelajaran dalam bentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar, prosedurnya sebagai berikut :
  1. Stimulus (pemberian perangsang/stimuli) : Kegiatan belajar dimulai dengan memberikan pertanyaan yang merangsang berfikir si belajar, menganjurkan dan mendorongnya untuk membaca buku dan aktivitas belajar lain yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
  2. Problem Statement (mengidentifikasi masalah) : Memberikan kesempatan kepada si belajar untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan bahan belajar kemudian memilih dan merumuskan dalam bentuk hipotesa (jawaban sementara dari masalah tersebut).
  3. Data Collection (pengumpulan data) : Memberikan kesempatan kepada para si belajar untuk mengumpulkan informasi yang relevan sebanyak-banyaknya untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesa tersebut.
  4. Data Processing (pengolahan data) : Mengolah data yang telah diperoleh siswa melalui kegiatan wawancara, observasi dan lain-lain. Kemudian data tersebut ditafsirkan.
  5. Verifikasi : Mengadakan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar dan tidaknya hipotesis yang diterapkan dan dihubungkan dengan hasil dan processing.
  6. Generalisasi : Mengadakan penarikan kesimpulan untuk dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.


Menurut Brunner perkembangan kognitif seseorang dapat ditinatkan dengan cara menyusun mata pelajaran dan menyajikannya sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Gagasanya mengenai kurikulum spiral (a spiral curriculum) sebagai suatu cara mengorganisasikan materi pelajaran tingkat makro, menunjuk cara mengurutkan materi pelajaran mulai dari mengajarkan materi secara umum dan kemudian secara berkala kembali mengajarkan materi yang sama dalam cakupan yang lebih rinci.
C.    Tahap-Tahap Belajar Menurut Bruner
1.     Tahap informasi (tahap penerimaan materi)
Dalam tiap pelajaran kita proleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya , misalnya tidak ada energy yang lenyap.
2.     Tahap transformasi (tahap pengubahan materi)  
Informasi itu harus dianalisis  diubah atau ditransformasi kebentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan.
3.     Tahap evaluasi (tahap penilaian materi) 
Dari pengetahuan yang telah di peroleh seorang anak melalau informasi dan di transformasi, ia dapat mengetahui apakah hasil tranformasi pada tahap kedua tadi benar atau tidak.
Dalam proses belajar ketiga tahapan ini selalu terjadi. Karena yang menjadi masalah ialah berapa banyak informasi diperlukan agar dapat ditransformasi.  Tiap tahapan tidak selalu sama. Hal ini tergantung pada hasil yang diharapkan,  seperti motivasi murid belajar, minat, keinginan mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri. Konsep ini juga menjelaskan bahwa prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar dibecrikan dikelas. Pengalaman yang diberikan dalam pembelajaran harus bersifat penemuan yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan keterampilan baru dari pelajaran sebelumya.
D.    Prinsip-Prinsip Teori Belajar Bruner
Model pemahaman konsep Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Menurutnya, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah banyak menekankan pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif. Padahal berpikir intuitif sangat penting untuk mempelajari bidang sains, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif dan akhirnya sampai pada suatu kesimpulan (discovery learning).
Beberapa prinsip teori Bruner adalah:
1.     Perkembangan kognitif ditandai dengan adanya kemajuan menaggapi rangsang
2.     Peningkatan pengatahun bergantung pada perkembangan sistem penyimpanan informasi secara realistis
3.     Perkembangan intelektual meliputi perkembangan kemampuan berbicara pada diri sendiri atau pada orang lain
4.     Interaksi secara sistematis diperlukan antara pembimbing, guru dan anak untuk perkembangan  kognitifnya
5.     Bahasa adalah kunci perkembangan kognitif
6.     Perkembangan kognitif ditandai denfgan kecakapan untuk mengemukakan bebrapa alternatisf secara simultan, memilih tindakan yang tepat.
7.     Perkembangan kognitif di bagi dalam tiga tahap yaitu enactive, iconic, symbolic.
8.     Enaktif yaitu tahap jika seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk emmahami lingkungan sekitaanya. (gigitan, sentuhan, pegangan)
9.     Ikonik, yaitu tahap seseorang memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal (anak belajar melalui bentuk perumpamaan dan perbandingan
10.  Simbolik yaitu tahap seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam berbahasa dan logika.( anak belajar melalui simbol bahasa, logika, matematika)
11.  Model pemahaman dan penemuan konsep
12.  Cara yang baik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan hubungan memlalui proses intuitif untuk akhirnya sampai pada kesimpulan (discovery learning)
13.  Siswa diberi kekebasan untuk belajar  sendiri  melalui aktivitas menemukan (discovery)
E.    Kelebihan Dan Kekurangan Teori Bruner
Kelebihan dari Teori Belajar Penemuan (Free Dicovery Learning) adalah :
1.     Belajar penemuan dapat digunakan untuk menguji apakah belajar sudah bermakna.
2.     Pengetahuan yang diperoleh si belajar akan tertinggal lama dan mudah diingat.
3.     Belajar penemuan sangat diperlukan dalam pemecahan masalah sebab yang diinginkan dalam belajar agar si belajar dapat mendemonstrasikan pengetahuan yang diterima.
4.     Transfer dapat ditingkatkan di mana generalisasi telah ditemukan sendiri oleh si belajar daripada disajikan dalam bentuk jadi.
5.     Penggunaan belajar penemuan mungkin mempunyai pengaruh dalam menciptakan motivasi belajar.
6.     Meningkatkan penalaran si belajar dan kemampuan untuk berfikir secara bebas
Kelemahan dari Teori Bruner
1.     Belajar Penemuan ini memerlukan kecerdasan anak yang tinggi. Bila kurang cerdas, hasilnya kurang efektif.
2.     Teori belajar seperti ini memakan waktu cukup lama dan kalau kurang terpimpin atau kurang terarah dapat menyebabkan salah pemahaman  atas materi yang dipelajari.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Bruner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebuyaan. Bagi bruner, perkembangan kognitif seseorang di pengaruhi oleh lingkungan kebudayaan, terutama Bahasa yang biasa di gunakan. Teori bruner adalah Discovery Learning yaitu anak belajar menemukan konsep, teori, pemahaman nya sendiri. Dalam hal ini seorang anak harus di bombing oleh seorang guru agar tidak terjadi kesalahan anak dalam pemahami sebuah konsep. Dalam teori nya bruner mengatakan ada 3 tahap belajar anak yaitu:
1.     Informasi
2.     Transpormasi
3.     Evaluasi
B.    Saran
Di harapkan pembaca dapat memahami tentang teori kognitif yang di kemukakan oleh bruner, tahap-tahap belajar yang di ungkapkan oleh bruner. Dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka di harapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.












DAFTAR PUSTAKA

Jamaris, martini. Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, yayasan penamas murni, Jakarta, 2010

Moh ismail, 2013 Teori Belajar Menurut Jerome Bruner, (online) (http://www.blogger.com)

Nurul ilmi, 2014, makalah teori belajar kognitif, (online) ( http://www.blogger.com

Ninamath, 2013, Teori Belajar Bruner, (online) (http://www.wordpress.com